Minggu, 17 Juni 2012

Ini Medan Bung...!


Sebelumnya saya pernah tulis sedikit tentang arti kata pajak di Medan, kali ini saya mau  sambung dengan beberapa kosakata medan lainnya yang dulu menurut saya lucu dan menggelikan. Kalau kemaren arti pajak di Medan adalah pasar lalu apakah orang Medan tidak mengenal kata pasar...?

"Jangan salah bung..." orang Medan juga mengenal kata pasar tapi kalau pasar di medan artinya jalan raya, saya sendiri tidak tahu kenapa orang medan kalau bilang jalan raya adalah pasar sedangkan pasar sendiri di bilang pajak. Mungkin karena pengaruh keberagaman suku yang ada di Medan mulai dari batak, melayu, jawa, minang, mandailing, karo, India, Tionghoa, aceh dan lain sebagainya. Sepanjang yang saya cermati logat bahasa orang Medan juga tidak sepenuhnya dengan dialek Batak tapi seperti perpaduan antara Batak dan Melayu pesisir maka jadilah bahasa Medan pasaran dengan logat nya khas. Walau pun banyak suku dan agama di medan tapi satu hal yang membuat saya salut adalah toleransi orang medan sehingga belum pernah terdengar bentrok antar suku seperti di daerah indonesia bagian timur, atau ribut soal rumah ibadah seperti di Jawa padahal tidak sedikit rumah ibadah yang letaknya berdekatan.

Jika anda suatu hari pergi ke Medan lalu makan di warung nasi dan ingin memesan segelas air teh jangan heran bila anda hanya di suguhi segelas air putih biasa, saya sendiri tidak tahu kenapa air putih sampai di bilang air teh :D
Ini bukan karena orang Medan tidak bisa membedakan antara air putih dan air teh, jika ingin memesan segelas teh panas cukup bilang manis hangat atau manis dingin jika ingin teh manis dingin, jika ingin mintak air putih tinggal bilang saja "air teh nya mana kak" :D
Untuk urusan harga pun rumah makan di Medan sangat bersahabat karena masih banyak rumah makan yang mematok harga 6000 rupiah per porsinya, cukup murah bukan...?!

"Tapi satu hal yang bikin aku sedikit sedih liat warga kota medan ni adalah pengguna jalan raya nya, banyak yang buta warna tak tau dia warna lampu traficlight, mau hijau mau kuning atau merah jalan terus lae..."

Kamis, 14 Juni 2012

Yang Bikin Geli Di Medan

Medan termasuk salah satu kota besar di Indonesia dan kota terbesar di Sumatera, bicara soal medan pastilah sebagian besar orang tahu dengan logat bahasa nya yang khas lantang dan keras serta terkesan angkuh, penggunaan kata kau, aku dan kalian yang terdengar kasar adalah sesuatu yang biasa di Medan.

Saya sering mendengar seorang istri memanggil suami nya dengan kata - kata kau, awalnya saya merasa geli dan terkagum kagum dengan penggunaan bahasa "kau" ini, karena setelah kata kau si istri biasanya juga memakai kata "bang" seperti hal nya panggilan "mas" bagi orang jawa.

Seperti contoh kalimat sederhana ini... " pulang jam berapa kau nantik bang, jangan lupa pulak kau belikan susu buat si ucok bang...", kalimat ini di ucapkan dengan nada yang tinggi dan lantang.

Bagi saya yang waktu itu baru saja tinggal di medan kalimat seperti di atas di tambah lagi dengan logat yang keras dan tegas terdengar kasar namun juga menggelikan, kalimat yang seharusnya terdengar mesra justru berubah menjadi sesuatu yang menyeramkan bagi saya waktu itu. Bahkan saya dulu sempat berpikir "gawat juga nih kalau nanti jodoh saya ternyata orang medan bisa kena kau kau tiap hari ..."

Bagi saya waktu itu penggunaan kata kau tersebut menggambarkan Dominasi sang Istri terhadap Suaminya, padahal kenyataan nya setelah lama kurang lebih 6 Tahun saya tinggal di Medan apa yang saya bayangkan waktu itu sama sekali tidak terjadi, dan memang sudah menjadi trademark nya orang medan kalau mereka berbicara terdengar kasar dan nada yang lantang "seperti mau ngajak berantem..."

Di Medan juga ada beberapa kosakata lain yang dulunya saya sempat di buat kebingungan, takjub dan terheran heran, seperti kata pajak.
Kata Pajak disini ternyata bukanlah seperti yang saya bayangkan sebelumnya, ternyata penggunaan kata pajak kalau di medan sering di tujukan untuk menggantikan penyebutan kata pasar dimana pasar dalam bahasa Indonesia seperti yang umum nya di kenal orang adalah tempat berjualan.

Seperti contoh... "pajak ikan" yang artinya pasar ikan, dan yang hebat nya lagi saya dulu sempat bayangkan kalau yang namanya pajak ikan itu pasar kusus orang berjualan ikan terbesar di Medan yang pastinya becek, namun kenyataan yang saya temui setelah melewati daerah tersebut justru tidak menemukan satupun orang berjualan ikan tapi justru di sana adalah pusat grosir textile yang cukup terkenal di Medan yang pastinya tidak berbau amis dan becek. Kebanyakan pedagang di kawasan pajak ikan ini pun tidak begitu mengetahui kalau dulunya kawasan ini di masa kolonialis Belanda memang adalah pasar ikan dan tempat orang berjualan sayur mayur yang ramai seperti halnya Pasar di kota besar pada umumnya.


Sebenarnya ada beberapa kosakata lain yang terdengar aneh dan tidak biasa di Medan, Insya Allah di lain waktu akan saya sambung lagi dengan tulisan berikutnya...

to be continued...

Rabu, 13 Juni 2012

Bukan Galau Biasa


Seminggu belakangan ini saya suka galau kalo bagun pagi, bukan karena habis di tinggal kabur pacar kalo itu sih saya ngga akan segalau ini  tapi karena harus melaksanakan kegiatan alamiah mahkluk hidup di pagi hari.

Sebuah kegiatan yang seharusnya tidak perlu untuk di bicarakan panjang lebar bahkan di tulis dan anda baca dengan serius di blog ini, tapi berhubung blog ini sudah terlanjur berdebu dan lumutan akibat di cuekin admin nya yang sok sibuk, sok galau, sok jaim, sok ngga punya ide padahal emang ngga ada sama sekali , alangkah apdol nya bila di lengkapi tulisan galau segalau galau nya -_-'

Bagi anda penderita darah tinggi dan sedang makan alangkah baiknya berhenti membaca tulisan ini sampai disini saja demi menjaga selera makan dan darah tinggi anda tidak kumat karena tersedak makanan yang seharusnya anda kunyah sebelum ditelan.


Seorang sok bijak pernah berkata kepada saya bahwa salah satu kenikmatan di dunia ini adalah bisa buang hajat di saat kebelet, entah benar atau tidak tapi ungkapan tersebut sepertinya tidak berlaku buat saya saat ini bukan karena BAB saya ngga lancar tapi justru WC yang tidak lancar, padahal belum lama saya menempati kios yang sekarang ini tapi sudah harus berhadapan dengan kenyataan yang membuat saya galau setiap ke kamar mandi. Awal nya memang agak tersendat dan kurang lancar saja tapi karena saya merasa kurang nyaman maka saya siram saja pakai soda api dengan harapan bisa lancar kembali, tidak tanggung - tanggung sekantong soda api berbentuk kristal saya tuang. ke dalam lubang WC namun hasilnya jauh di luar harapan dan malah makin macet sampai seminggu lebih, dengan perasaan yang makin galau terpaksalah saya menyelesaikan miting* ke kamar mandi tetangga -_-' .

Seminggu lebih saya galau kalau harus ke kamar mandi, selama itu saya akhirnya terbiasa menghadapi kenyataan bahwa di balik keindahan ada keburukan, di balik kebersihan ada kekotoran, walau kadang saya merasa jengkel dan ingin marah namun masih bisa saya tahan sambil mencari solusi terbaik bagaimana meletakkan semua pada posisinya. Sudah menjadi sifat alamiah manusia marah dan jengkel tapi juga ada ada sifat sabar dan berkepala dingin yang harusnya bisa mengalahkan rasa marah tersebut.

Rasa jijik, rasa marah bukan untuk di hindari tapi harus di hadapi dan di kalahkan walaupun saya suka keindahan tapi tidak harus lari dari keburukan karena lari dari keburukan sama saja dengan pecundang yang takut menghadapi dunia yang penuh warna warni ini.

Jadi untuk apa sok bersih jika menghadapi sesuatu yang kotor saja tidak berani...


*Miting dalam bahasa batak artinya BAB alias buang air besar