Medan termasuk salah satu kota besar di Indonesia dan kota terbesar di Sumatera, bicara soal medan pastilah sebagian besar orang tahu dengan logat bahasa nya yang khas lantang dan keras serta terkesan angkuh, penggunaan kata kau, aku dan kalian yang terdengar kasar adalah sesuatu yang biasa di Medan.
Saya sering mendengar seorang istri memanggil suami nya dengan kata - kata kau, awalnya saya merasa geli dan terkagum kagum dengan penggunaan bahasa "kau" ini, karena setelah kata kau si istri biasanya juga memakai kata "bang" seperti hal nya panggilan "mas" bagi orang jawa.
Seperti contoh kalimat sederhana ini... " pulang jam berapa kau nantik bang, jangan lupa pulak kau belikan susu buat si ucok bang...", kalimat ini di ucapkan dengan nada yang tinggi dan lantang.
Bagi saya yang waktu itu baru saja tinggal di medan kalimat seperti di atas di tambah lagi dengan logat yang keras dan tegas terdengar kasar namun juga menggelikan, kalimat yang seharusnya terdengar mesra justru berubah menjadi sesuatu yang menyeramkan bagi saya waktu itu. Bahkan saya dulu sempat berpikir "gawat juga nih kalau nanti jodoh saya ternyata orang medan bisa kena kau kau tiap hari ..."
Bagi saya waktu itu penggunaan kata kau tersebut menggambarkan Dominasi sang Istri terhadap Suaminya, padahal kenyataan nya setelah lama kurang lebih 6 Tahun saya tinggal di Medan apa yang saya bayangkan waktu itu sama sekali tidak terjadi, dan memang sudah menjadi trademark nya orang medan kalau mereka berbicara terdengar kasar dan nada yang lantang "seperti mau ngajak berantem..."
Di Medan juga ada beberapa kosakata lain yang dulunya saya sempat di buat kebingungan, takjub dan terheran heran, seperti kata pajak.
Kata Pajak disini ternyata bukanlah seperti yang saya bayangkan sebelumnya, ternyata penggunaan kata pajak kalau di medan sering di tujukan untuk menggantikan penyebutan kata pasar dimana pasar dalam bahasa Indonesia seperti yang umum nya di kenal orang adalah tempat berjualan.
Seperti contoh... "pajak ikan" yang artinya pasar ikan, dan yang hebat nya lagi saya dulu sempat bayangkan kalau yang namanya pajak ikan itu pasar kusus orang berjualan ikan terbesar di Medan yang pastinya becek, namun kenyataan yang saya temui setelah melewati daerah tersebut justru tidak menemukan satupun orang berjualan ikan tapi justru di sana adalah pusat grosir textile yang cukup terkenal di Medan yang pastinya tidak berbau amis dan becek. Kebanyakan pedagang di kawasan pajak ikan ini pun tidak begitu mengetahui kalau dulunya kawasan ini di masa kolonialis Belanda memang adalah pasar ikan dan tempat orang berjualan sayur mayur yang ramai seperti halnya Pasar di kota besar pada umumnya.
Saya sering mendengar seorang istri memanggil suami nya dengan kata - kata kau, awalnya saya merasa geli dan terkagum kagum dengan penggunaan bahasa "kau" ini, karena setelah kata kau si istri biasanya juga memakai kata "bang" seperti hal nya panggilan "mas" bagi orang jawa.
Seperti contoh kalimat sederhana ini... " pulang jam berapa kau nantik bang, jangan lupa pulak kau belikan susu buat si ucok bang...", kalimat ini di ucapkan dengan nada yang tinggi dan lantang.
Bagi saya yang waktu itu baru saja tinggal di medan kalimat seperti di atas di tambah lagi dengan logat yang keras dan tegas terdengar kasar namun juga menggelikan, kalimat yang seharusnya terdengar mesra justru berubah menjadi sesuatu yang menyeramkan bagi saya waktu itu. Bahkan saya dulu sempat berpikir "gawat juga nih kalau nanti jodoh saya ternyata orang medan bisa kena kau kau tiap hari ..."
Bagi saya waktu itu penggunaan kata kau tersebut menggambarkan Dominasi sang Istri terhadap Suaminya, padahal kenyataan nya setelah lama kurang lebih 6 Tahun saya tinggal di Medan apa yang saya bayangkan waktu itu sama sekali tidak terjadi, dan memang sudah menjadi trademark nya orang medan kalau mereka berbicara terdengar kasar dan nada yang lantang "seperti mau ngajak berantem..."
Di Medan juga ada beberapa kosakata lain yang dulunya saya sempat di buat kebingungan, takjub dan terheran heran, seperti kata pajak.
Kata Pajak disini ternyata bukanlah seperti yang saya bayangkan sebelumnya, ternyata penggunaan kata pajak kalau di medan sering di tujukan untuk menggantikan penyebutan kata pasar dimana pasar dalam bahasa Indonesia seperti yang umum nya di kenal orang adalah tempat berjualan.
Seperti contoh... "pajak ikan" yang artinya pasar ikan, dan yang hebat nya lagi saya dulu sempat bayangkan kalau yang namanya pajak ikan itu pasar kusus orang berjualan ikan terbesar di Medan yang pastinya becek, namun kenyataan yang saya temui setelah melewati daerah tersebut justru tidak menemukan satupun orang berjualan ikan tapi justru di sana adalah pusat grosir textile yang cukup terkenal di Medan yang pastinya tidak berbau amis dan becek. Kebanyakan pedagang di kawasan pajak ikan ini pun tidak begitu mengetahui kalau dulunya kawasan ini di masa kolonialis Belanda memang adalah pasar ikan dan tempat orang berjualan sayur mayur yang ramai seperti halnya Pasar di kota besar pada umumnya.
Sebenarnya ada beberapa kosakata lain yang terdengar aneh dan tidak biasa di Medan, Insya Allah di lain waktu akan saya sambung lagi dengan tulisan berikutnya...
to be continued...
begitulah, lain lubuk lain ikannya :D
BalasHapuskereta = motor
motor = mobil
apalagi ya? klo pas gini suka lupa semua deh hehehe
apa kabar? Saya abis dari kotamu lho #eh itu mah kota saya ya hehehe
Asik juga yah bisa tau berbagai macam kekhasan daerah di indonesia
BalasHapusTulisan kau mantaf *logat medan asal asalan*
Kenapa saya tiba2 jadi pengen Teri Medan ya? Hmm...
BalasHapusHmmm kosakata daerah baru nih.. matur nuwun untuk pengetahuan yang kau berikan bang hehe
BalasHapusapa kabarlah kau, zangan terlalu zering pergi pajaklah. pergilah ke pojok saza
BalasHapuswach memang tiap tempat kadang mempunyai kosakata sama tapi artinya beda.
BalasHapusOrang baru ya di medan??
BalasHapus