Banyak istilah untuk mengingatkan kita betapa bahayanya lisan ini jika tidak di jaga...seperti yang paling populer "mulut mu harimau mu"...Imam Al Ghazali pun pernah mengatakan bahwa sesuatu yang paling tajam di dunia ini bukanlah Pedang tapi Lidah manusia.
Seandainya Lisan yang tajam itu kita ibaratkan paku dan hati manusia sebuah papan kayu,maka setiap ucapan yang keluar dari lisan yang tajam (tidak terjaga) ibarat menancapkan paku di papan kayu tersebut,bisa dicabut dengan sebuah permintaan maaf tapi tentunya masih meninggalkan lubang bekas paku pada papan tersebut,coba kita bayangkan bagaimana jadinya jika sebuah papan berkali - kali di tancapkan paku tentu akan meninggalkan banyak lubang bekas paku di papan tersebut,saya sendiri juga menyadari walaupun saya bukan orang yang pendendam (semoga saja begitu) pernah merasa di lukai oleh ucapan seseorang yang terasa sangat menusuk di hati walaupun orang tersebut telah meminta maaf kepada saya yang tentunya saya harus memaafkan dia dan jujur saja tentu saat itu saya belum bisa 100% melupakan ucapan yang membekas di hati.
Sadarkah kita begitu juga dengan setiap lisan kita yang kadang tidak terjaga dan angkuh telah membekas dihati manusia yang menerimanya,dengan kesadaran ini saya mohon maaf yang tulus dari lubuk hati saya jika selama ini ada tulisan yang mewakili lisan saya di blog ini pernah menyakiti hati sobat yang membacanya agar saya bisa memperbaiki ucapan dan memperbaiki gaya penulisan yang saya sendiri menyadari kadang terlalu ekstrim,maklum saya masih nubi perlu banyak belajar lagi dari sobat semua. (^_^)
Lalu bagaimanakah lisan orang yang Bijak itu agar kita juga bisa belajar tentang kearifan dalam berbicara..."menurut saya lisan orang yang terpelajar dan bijaksana adalah lisan yang terjaga dan bisa menahan setiap ucapan yg akan keluar dari mulutnya,bukan ucapan spontanitas yang keluar tanpa di filter dan dipikirkan dulu dengan pertimbangan ucapan yang keluar nantinya justru menjadi bumerang yang menampar wajah sendiri",yah walaupun ada orang yang "katanya" pintar berpendidikan tinggi tapi tidak bisa menjaga lidah dan menyadari kesalahan sendiri bagi saya tak ubahnya seperti katak dalam tempurung yang merasa dirinyalah yang paling pintar dan ucapannya adalah benar.
Saya bukan tipe orang yang suka sibuk untuk mencari cela orang,malah orang - orang seperti publik figur (pejabat) yang harusnya dijadikan panutan dan ucapannya paling sering di ekspos media justru paling sering mempertontonkan sendiri kebodohan mereka di depan publik dengan ucapan yang angkuh dan kadang di mata saya tak ubahnya seperti orang rakus yang takut kehabisan "jatah" bicara berapi - api tapi tidak sesuai dengan logika dan akal sehat manusai waras.
Saya sendiri juga sudah memaklumi kalau mereka artis mungkin karena lagi sepi "orderan" dan ingin dilirik kembali oleh publik (toh saya juga ga pernah menyimak inpotemen dan ga penting bagi saya) ,tapi nurani saya tetap tidak terima kalau ucapan yang keluar itu justru dari seorang pejabat di negeri ini apalagi kalau orang tersebut seorang yang katanya "mewakili rakyat" yang seharusnya mereka itu bekerja untuk rakyat karena gaji mereka juga dari pajak yang dibayarkan rakyat kepada negara malah menghianati orang - orang yang sesungguhnya telah memberi mereka gaji dengan berkoar - koar untuk membela kepentingan kelompok tapi melukai publik yang mendengar atau membaca.(-_-!')
Tidak perlulah rasanya saya sebutkan siapa itu orangnya,mungkin kalau sobat sering memantau portal berita Online (karena saya jarang sekali menonton TV) seperti saya sudah tahu siapa saja para pejabat yang populer dengan ucapan - ucapan tajam yang angkuh dan cenderung meremehkan orang lain.
Saya juga tahu kok kalau "bapak - bapak disana" bekerja mengandalkan lidah,tapi alangkah buruknya kinerja bapak kalau lidah tersebut hanya dipakai untuk menyalahkan orang lain,menyakiti hati rakyat dan menjatuhi lawan politik bapak,bukannya mencetuskan sebuah ide atau solusi yang bijak atas permasalahan di negeri ini..."hanya segitu kualitas bapak..."
Bukan bermaksud menggurui dan sok paling tahu tapi menurut saya kalau ingin negeri ini maju sudah seharusnya orang yang duduk dipemerintahan dan yang menjadi wakil rakyat adalah orang yang betul - betul ahli di bidangnya,jika negara ini di ibaratkan sebuah kapal kalau di nahkodai dan di awaki orang yang tidak ahli tentulah akan tenggelam bila di hantam badai atau terombang ambing di laut lepas.
Bukan saya ingin mencari kesalahan orang lain,tapi akankah saya diam pura - pura tidak tahu jika nurani saya berontak terhadap sesuatu yang dianggap ganjil didepan mata saya sendiri,dari pada jadi jerawat ya mending saya tulis saja disini, syukur kalau tulisan saya di kritik karena saya setiap hari lapar akan kritikan orang lain terhadap saya.
Tulisan ini mewakili lisan saya...memang ngawur tapi semoga saja pikiran dan cara kerja saya tidak ngawur seperti "bapak"... (^_^'!)
*Terpaksa tulisan ini saya terbitkan karena emang dirasa perlu dan wujud bahwa saya juga cinta dan peduli dengan negeri ini setelah kemaren Bapak yang duduk manis di gedung kura - kura sana ngomong wajar kalo TKW disetrika mukanya (lha seperti itukah cara bicara orang yang katanya mewakili rakyat)..."Pak TKW itu emang kebanyakan orang desa yang banyak tidak tahunya,jangan ngomong gitulah...makanya suruh tuh menakertrans mengawasi dengan ketat agen2 penyalur TKI,jangan cuma bisa menyalurkan tapi tenaga kerja yang di salurkan tidak dibekali dengan keterampilan di bidang pekerjaannya nanti ...si majikan mungkin udah bayar mahal,wajar juga majikannya kesel kalau yang kerja ga becus,tapi kan ga perlu harus sampai setrika muka orang pak, ibarat bapak kalau bicara ceplas ceplos asal aja terus langsung di gampar tu mulut kan ga wajar... (-_-) ...ah si bapak ini omongannya sering banget ngelantur,saya malah kayak nonton srimulat jadinya" (eh...mending srimulat menghibur hati...)
Seandainya Lisan yang tajam itu kita ibaratkan paku dan hati manusia sebuah papan kayu,maka setiap ucapan yang keluar dari lisan yang tajam (tidak terjaga) ibarat menancapkan paku di papan kayu tersebut,bisa dicabut dengan sebuah permintaan maaf tapi tentunya masih meninggalkan lubang bekas paku pada papan tersebut,coba kita bayangkan bagaimana jadinya jika sebuah papan berkali - kali di tancapkan paku tentu akan meninggalkan banyak lubang bekas paku di papan tersebut,saya sendiri juga menyadari walaupun saya bukan orang yang pendendam (semoga saja begitu) pernah merasa di lukai oleh ucapan seseorang yang terasa sangat menusuk di hati walaupun orang tersebut telah meminta maaf kepada saya yang tentunya saya harus memaafkan dia dan jujur saja tentu saat itu saya belum bisa 100% melupakan ucapan yang membekas di hati.
Sadarkah kita begitu juga dengan setiap lisan kita yang kadang tidak terjaga dan angkuh telah membekas dihati manusia yang menerimanya,dengan kesadaran ini saya mohon maaf yang tulus dari lubuk hati saya jika selama ini ada tulisan yang mewakili lisan saya di blog ini pernah menyakiti hati sobat yang membacanya agar saya bisa memperbaiki ucapan dan memperbaiki gaya penulisan yang saya sendiri menyadari kadang terlalu ekstrim,maklum saya masih nubi perlu banyak belajar lagi dari sobat semua. (^_^)
Lalu bagaimanakah lisan orang yang Bijak itu agar kita juga bisa belajar tentang kearifan dalam berbicara..."menurut saya lisan orang yang terpelajar dan bijaksana adalah lisan yang terjaga dan bisa menahan setiap ucapan yg akan keluar dari mulutnya,bukan ucapan spontanitas yang keluar tanpa di filter dan dipikirkan dulu dengan pertimbangan ucapan yang keluar nantinya justru menjadi bumerang yang menampar wajah sendiri",yah walaupun ada orang yang "katanya" pintar berpendidikan tinggi tapi tidak bisa menjaga lidah dan menyadari kesalahan sendiri bagi saya tak ubahnya seperti katak dalam tempurung yang merasa dirinyalah yang paling pintar dan ucapannya adalah benar.
Saya bukan tipe orang yang suka sibuk untuk mencari cela orang,malah orang - orang seperti publik figur (pejabat) yang harusnya dijadikan panutan dan ucapannya paling sering di ekspos media justru paling sering mempertontonkan sendiri kebodohan mereka di depan publik dengan ucapan yang angkuh dan kadang di mata saya tak ubahnya seperti orang rakus yang takut kehabisan "jatah" bicara berapi - api tapi tidak sesuai dengan logika dan akal sehat manusai waras.
Saya sendiri juga sudah memaklumi kalau mereka artis mungkin karena lagi sepi "orderan" dan ingin dilirik kembali oleh publik (toh saya juga ga pernah menyimak inpotemen dan ga penting bagi saya) ,tapi nurani saya tetap tidak terima kalau ucapan yang keluar itu justru dari seorang pejabat di negeri ini apalagi kalau orang tersebut seorang yang katanya "mewakili rakyat" yang seharusnya mereka itu bekerja untuk rakyat karena gaji mereka juga dari pajak yang dibayarkan rakyat kepada negara malah menghianati orang - orang yang sesungguhnya telah memberi mereka gaji dengan berkoar - koar untuk membela kepentingan kelompok tapi melukai publik yang mendengar atau membaca.(-_-!')
Tidak perlulah rasanya saya sebutkan siapa itu orangnya,mungkin kalau sobat sering memantau portal berita Online (karena saya jarang sekali menonton TV) seperti saya sudah tahu siapa saja para pejabat yang populer dengan ucapan - ucapan tajam yang angkuh dan cenderung meremehkan orang lain.
Saya juga tahu kok kalau "bapak - bapak disana" bekerja mengandalkan lidah,tapi alangkah buruknya kinerja bapak kalau lidah tersebut hanya dipakai untuk menyalahkan orang lain,menyakiti hati rakyat dan menjatuhi lawan politik bapak,bukannya mencetuskan sebuah ide atau solusi yang bijak atas permasalahan di negeri ini..."hanya segitu kualitas bapak..."
Bukan bermaksud menggurui dan sok paling tahu tapi menurut saya kalau ingin negeri ini maju sudah seharusnya orang yang duduk dipemerintahan dan yang menjadi wakil rakyat adalah orang yang betul - betul ahli di bidangnya,jika negara ini di ibaratkan sebuah kapal kalau di nahkodai dan di awaki orang yang tidak ahli tentulah akan tenggelam bila di hantam badai atau terombang ambing di laut lepas.
Bukan saya ingin mencari kesalahan orang lain,tapi akankah saya diam pura - pura tidak tahu jika nurani saya berontak terhadap sesuatu yang dianggap ganjil didepan mata saya sendiri,dari pada jadi jerawat ya mending saya tulis saja disini, syukur kalau tulisan saya di kritik karena saya setiap hari lapar akan kritikan orang lain terhadap saya.
Tulisan ini mewakili lisan saya...memang ngawur tapi semoga saja pikiran dan cara kerja saya tidak ngawur seperti "bapak"... (^_^'!)
*Terpaksa tulisan ini saya terbitkan karena emang dirasa perlu dan wujud bahwa saya juga cinta dan peduli dengan negeri ini setelah kemaren Bapak yang duduk manis di gedung kura - kura sana ngomong wajar kalo TKW disetrika mukanya (lha seperti itukah cara bicara orang yang katanya mewakili rakyat)..."Pak TKW itu emang kebanyakan orang desa yang banyak tidak tahunya,jangan ngomong gitulah...makanya suruh tuh menakertrans mengawasi dengan ketat agen2 penyalur TKI,jangan cuma bisa menyalurkan tapi tenaga kerja yang di salurkan tidak dibekali dengan keterampilan di bidang pekerjaannya nanti ...si majikan mungkin udah bayar mahal,wajar juga majikannya kesel kalau yang kerja ga becus,tapi kan ga perlu harus sampai setrika muka orang pak, ibarat bapak kalau bicara ceplas ceplos asal aja terus langsung di gampar tu mulut kan ga wajar... (-_-) ...ah si bapak ini omongannya sering banget ngelantur,saya malah kayak nonton srimulat jadinya" (eh...mending srimulat menghibur hati...)
iya bener. ga cuma lisan aja loh tapi tulisan juga :D kita harus bisa mempertanggung jawabkan apa yang kita tulis dan kita sebut dari lisan kita. mungkin warning biar kita lebih hati-hati lagi dan ga melukai orang lain :)
BalasHapusturut prihatin dengan apa yang menimpa TKW Indonesia, semoga kebenaran dan keadilan lekas mendekat padanya. Wakil rakyat yang mulutnya sudah penuh dengan dosa itu mungkin sudah lupa kalau wong cilik seperti para TKW itulah yang membuatnya dapat duduk di "gedung kura-kura" gedungnya orang yang senang berpura-pura ....
BalasHapusBanyak kejahatan di dunia ini, dan terutama malah dipelopori petinggi-petinggi negeri...
BalasHapusKita memang sangat harus ekstra hati2 terhadap segala ucapan, karena kata2 bisa menimbulkan perang..
BalasHapussaya juga heran mas kalo liat di tipi2 itu, kenapa orang2 pinter, punya titel, punya gelar...tapi ngomongnya kok seperti orang ga pernah sekolah... :(
BalasHapuskarena kata2 kalau sudah terlanjur keluar tidak bisa di tarik kembalik, jd sudah selayaknya kita dalam berbicara harus benar2 dijaga
BalasHapusAssalamu'alaikum sob...
BalasHapushmmm,, dari judulnya keren sob, cukup berani dan menantang,, :)
memang begitulah yg terjadi sob, tittle (gelar) mungkin menandakan tingginya pendidikan seseorng, tetapi belum tentu menandakan tinggi juga akhlak seseorang.
Aku jadi ingat Sahabat Nabi Umar Bin Khatab yang menangis ketika dirinya dipilih menjadi pejabat pemerintahan.
oh ya, dulu kami pernah sedikit diskusi sesama fasilitator pemberdayaaan ttg bagaimana caranya agar Inonesia ini bisa kembali fitrah, segala ide tertuang, sampai akhirnya ada ide yg menyebutkan klo Indonesia bisa menjadi baik kembali klo kita memusnahkan satu generasi! terkesan sadis sekali ya,, tapi itulah kenyataannya, selagi generasi bobrok bertengger di pemerintahan, maka indonesia tidak akan pernah berubah,,, cara memusnahkannya itu yg masih menjadi pemikiran kami,,, :)
tapi yakinlah sob, Dengan keyakinan dan usaha, insyaallah Indonesia akan menjadi lebih baik...
Yuuk.. kita mulai dari sekarang,,, mulai dengan mereformasi diri sendiri... :)
@Nyayu Amibae : waalaikum salam ami...hmmm ide memusnahkan satu generasi masih dipikirkan ya...ga usah pikir panjang lagi sob yuk kita mulai dari sekarang...dengan mereformasi diri kita kembali,kritis terhadap ketidak adilan bukannya diam pura2 tidak tahu...kalau kita selalu diam melihat itu semua mana rasa cinta kita terhadap negeri ini,jika kita hanya diam maka siap2lah melihat regenerasi tikus2 berdasi selanjutnya,yang kaya makin kaya yg miskin berusaha cari makan apa saja agar tidak di injak si kaya,dan para gerombolan siberat di pemerintahan saling sikut dan makin rakus ....satu hal yg paling penting jangan anarkis...
BalasHapusEkspresikan dirimu, setiap kita berhak berpendapat kok...jangan takut untuk bersuara ;)
BalasHapusTapi yang mesti diingat lagi, sebelum kita bersuara mesti dikoreksi dulu. Mungkin bapak tadi lagi khilaf, makanya setrika dianggep saput bedak. Sama skali nggak ada pembelaan malah bilang wajar :(
Jadi ingat lagi apa kata Habib Fadil Belantara Indonesia, Setiap apa yang kita ucapkan dan bernada 'sok hebat' sendiri, akan di uji oleh Allah Ta'alla dgn apa yang di ucapkan, contoh, saat Kyai Abdullah Gymnastiar tempo dulu, berucap, anti polygami..skrg Allah Swt menguji beliau. Dll hal di kalangan orang banyak. Maka menjaga lidah juga hati adalah wajib hukumnya. Allah maha tahu, Allah maha hebat. Janganlah kita menjadi syirik kecil di mata Allah Swt...amin
BalasHapus@adit : Terimakasih banyak buat masukannya,saya juga menulis ini sekarang sambil berharap mudah2an tulisan ini dan komentar sobat2 lainnya bisa jadi pengingat saya nantinya bila saya lupa...
BalasHapushalooooo kunjungan kedua ;D hihihiiii saran nih, itu yang paragraf tengah dikasih enter dong biar kepisah jadi ga sepadat itu. biar lebih enak dibaca ulang ;D
BalasHapusia...
BalasHapusseperti itulah yang terjdi...
kita harus bisa menjaga lisan kita.
salam.
posting yg menarik/
yang paling hangat saat ini korban dari mulutmu harimaumu adalah setgab atau jabatan yg di ada adain oleh SBY yaitu DIPO ALAM yang mengatakan instansi pemerintah untuk memboikat media massa yg selalu mengkritik pemerintah, DIPO ALAM juga yang menyebut tokoh agama sebagi burung gagak dan mata kalong buat para pengkritik pemerintahan SBY. Ahirnya dia di laporkan ke polisi oleh metrotv dan media indonesia...
BalasHapusyang paling hangat saat ini korban dari mulutmu harimaumu adalah setgab atau jabatan yg di ada adain oleh SBY yaitu DIPO ALAM yang mengatakan instansi pemerintah untuk memboikat media massa yg selalu mengkritik pemerintah, DIPO ALAM juga yang menyebut tokoh agama sebagi burung gagak dan mata kalong buat para pengkritik pemerintahan SBY. Ahirnya dia di laporkan ke polisi oleh metrotv dan media indonesia...
BalasHapus