Rabu, 18 Desember 2013

Caleg Narsis


     
Tahun 2014 sebentar lagi, pasti nya ini saat yang paling ditunggu-tunggu oleh para pencari kursi malas di gedung wakil rakyat, atau orang-orang yang benar-benar “ingin” mewakili rakyat. "Ya... kita sudah diambang pemililahan Umum."

     Bulan September lalu, KPU telah menyosialisasikan perubahan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU), dari PKPU No.1 Tahun 2013 menjadi PKPU No.15 Tahun 2013 tentang tata cara kampanye, KPU juga menyosialisasikan aturan dana kampanye Partai Politik (Parpol) peserta pemilu. Dalam peraturan KPU No.15 tahun 2013 ini disebutkan, caleg DPR RI dan DPRD hanya dibenarkan memasang spanduk dengan ukuran 1,5x7 meter, sebanyak satu buah dalam setiap zona yang ditetapkan. Baliho atau billboard hanya digunakan Parpol dan calon anggota DPD. Pemasangan baliho atau billboard Parpol juga dibatasi jumlahnya, hanya boleh satu unit billboard Parpol di satu desa dan tidak boleh ada gambar atau foto pengurus Parpol yang mencalonkan diri, selain itu bendera dan umbul-umbul hanya dapat dipasang oleh partai politik.

     Tapi apa yang ada dilapangan sungguh kontras sekali dengan Peraturan KPU tersebut, foto caleg yang narsis bertebaran dimana-mana, spanduk caleg-caleg narsis ini nangkring di pohon, nemplok di becak, mejeng di persimpangan jalan, hadir di warung kopi dan tukang gorengan, senyam senyum di depan pertokoan, sampai mondar-mandir di angkot.

     Luar biasa sekali semangat dan antusias para caleg ini, bahkan satu Billboard besar yang sudah menyalahi aturan juga dipakai secara keroyokan, seperti kolaborasi caleg DPR dan DPRD featuring ketua umum parpol disatu billboard dengan foto besar dan logo partai seupil.

     Lalu apa peran KPU dalam hal ini, KPU hanya akan memberikan sangsi administratif dan teguran, namun jika sangsi ini tidak diindahkan, maka KPU menyerahkan kepada masyarakat untuk menilainya.

     Entah tidak tahu akan peraturan, atau memang suka narsis, padahal para caleg narsis ini adalah calon penggagas dan perumus aturan, tapi kok melanggar aturan. Ironis.

Sabtu, 14 Desember 2013

Senioritas Arogan


   Dalam sebuah organisasi atau sebuah instansi maupun institusi yang di dalam nya terdiri dari beberapa individu seringkali terjadi gap antara senior dan junior.


     Seperti sudah menjadi hukum alam kalau perintah dan instruksi senior harus diikuti oleh junior nya. Terlepas apakah seorang senior punya kompetensi lebih baik atau tidak di banding dengan juniornya, secara logika wajar saja seorang seorang senior memberikan instruksi dan arahan kepada junior nya, sebab seorang junior, biasanya masih minim akan pengetahuan dan pengalaman nya tentang sebuah organisasi atau instansi yang sedang di geluti nya.

Dalam dunia pendidikan, aksi arogansi senior terhadap juniornya bukanlah hal yang baru, biasanya semakin tinggi tangga pendidikan nya semakin tinggi pula rasa senioritas nya.

Kabar terbaru yang sedang hangat, adanya korban akibat arogansi senior terhadap junior dalam dunia pendidikan baru-baru ini bukanlah hal yang baru di tanah air. Berdiri di atas konsep sebuah ospek, para senior seakan bebas melampiaskan ego nya sebagai senior, dengan menginstruksikan hal-hal yang kadang diluar batas kewajaran kepada para peserta ospek. Bila ada junior yang salah dalam mengaplikasikan intruksi yang diberikan senior, maka konsekuensi nya adalah sebuah hukuman yang terkadang terkesan melecehkan secara moral dan tak jarang hukuman secara fisik pun harus rela diterima para junior.

Sejatinya Ospek (orientasi studi dan pengenalan kampus), bertujuan untuk mengenalkan calon mahasiswa baru dengan lingkungan kampus nya, serta memupuk rasa solidaritas sesama mahasiswa. Pada kenyataannya tak jarang ospek menjadi ajang bagi para senior untuk menunjukkan eksistensi nya sebagai seorang yang lebih berkuasa dibanding junior nya. Ospek juga menjadi ajang unjuk kreatifitas senior dengan mendirikan panggung srimulat dadakan, sekaligus menjadi sutradara dadakan. Ospek sebenarnya bukan suatu hal yang salah, bila benar-benar di awasi oleh individu yang punya kompetensi dan kapabilitas tinggi bagi dunia pendidikan dalam institusi atau lembaga pendidikan itu sendiri, sehingga terciptanya akseptabiltas antara ospek dan dunia pendidikan.

Sekolah, kampus dan lembaga pendidikan lainnya di dirikan bertujuan untuk menciptakan kaum intelektual, agar warga yang mengikuti pendidikan di dalam nya, memiliki wawasan, ilmu pengetahuan, dan keahlian, yang diharapkan dimasa depan bisa dikembangkan, dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Agar menjadi makhluk sosial yang beradab dan berguna bagi masyarakat sekitarnya, bagi bangsa dan negara.

Entah ada hubungannya dengan ospek ala srimulatan atau tidak, tak jarang kita melihat tingkah konyol dan arogan bapak-bapak, dan oom-oom yang berkuasa di instansi pemerintahan, maupun penghuni gedung kura-kura yang kata nya mewakili kepentingan kita selaku rakyat, tidak diragukan lagi mereka-mereka itu adalah merupakan produk dari institusi pendidikan. Entahlah.

Selasa, 10 Desember 2013

Tentang Hujan


Waktu kecil hujan menjadi salah satu hal yang paling sering di tunggu-tunggu. Hujan bagaikan sahabat sekaligus arena bermain yang paling mengasyikan, bermain ditengah hujan menjadi hal yang lebih mengasyikan daripada bermain video game. Tapi aneh nya saat kita beranjak dewasa, hujan seakan menjadi musuh yang paling menyebalkan, mata kita tidak lagi berbinar dengan terang kala menyambut cuaca yang mendung, ada raut wajah tak senang bila melihat mendung tiba-tiba menghiasi langit cerah. Berbagai ekpresi tak senang seperti mengumpat dan mengeluh, seakan menegaskan bahwa hujan bukan sesuatu yang diharapkan kehadiran nya.

Kita seakan lupa kalau hujan pernah menjadi sahabat sekaligus teman yang paling menyenangkan. Tak jarang kita mengabaikan nasehat dan ancaman dari orang tua agar tidak bergaul dengan yang namanya “hujan”. Ancaman dan hukuman yang menanti dirumah saat pulang bermain dengan hujan, seakan tak ada artinya saat itu, demi menyambut “sang sahabat” yang selalu dinanti datang nya.

Ada sebuah pertanyaan yang sebenarnya cukup ganjil untuk dipertanyakan, “kenapa sekarang kita tidak bisa berteman dengan hujan ?”. Kita seolah lupa pernah menjalin persahabatan dengan hujan saat itu, apakah kita sudah menjadi anak yang penurut dan takut dengan hukuman dari orang tua kita dulu ?

Jika dulu kita mencintai hujan, hujan pun membalas cinta itu dengan segala kesenangan yang dia bawa dan tawarkan, dan saat ini kita membenci hujan namun hujan tidak pernah berubah, dia masih menawarkan segala apa yang pernah dia bawa untuk membujuk kita agar mau bermain dengannya.

Rasanya tak ada alasan untuk membenci dan mengumpat datangnya hujan, nikmati dan rasakan betapa segar setiap tetes air yang jatuh bersama kedatangannya. Hujan tak pernah menjadi musuh ku, dia masih sama seperti dulu bagiku, hanya saja aku harus lebih bijak menyikapi kedatangannya yang kadang tidak tepat untuk ku, bagaimana bisa aku menolak kedatangan sahabat kental ku itu.

Minggu, 01 Desember 2013

Ayo Lindungi Diri Cegah HIV-AIDS




Salah satu epidemik paling mematikan dalam sejarah manusia adalah AIDS, pasti sudah banyak yang tahu kalau penyakit yang satu ini disebabkan oleh infeksi virus yang bernama Human Immunodeficiency Virus atau yang biasa dikenal dengan nama HIV. Berdasarkan data dari kementrian Kesehatan Indonesia dari Tahun 1987 sampai September Tahun 2012, jumlah kumulatif  kasus HIV yang dilaporkan adalah 92.251 kasus HIV. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta (21.775 kasus), Jawa Timur (11.994 kasus), Papua (9.447 kasus), Jawa Barat (6.640 kasus), dan Sumatera Utara (5.935 kasus). Sedangkan jumlah kumulatif untuk kasus AIDS yang tercatat pada Tahun 1987 sampai September 2012 sebanyak 39.434 kasus.

Persentase kumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (42,3%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (33,1%), 40-49 tahun (11,4%), 15-19 tahun (4%), dan 50-59 tahun (3,3%). Persentase kasus AIDS pada laki – laki sebanyak 66,8% dan pada perempuan 32,9%.

Jumlah kasus AIDS tertinggi berdasarkan profesi adalah wiraswasta (4.604 kasus), Ibu rumah tangga (4.251 kasus), tenaga non professional (karyawan) (4.056 kasus), buruh kasar (1.512 kasus), petani/nelayan/peternak (1.497 kasus), penjaja seks (1.320 kasus) dan anak sekolah/mahasiswa (1.022 kasus).

Jumlah kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari Papua (7.527 kasus), DKI Jakarta (6.299 kasus), Jawa Timur (5.257 kasus), Jawa Barat (4.098 kasus), Bali (2.939 kasus), Jawa Tengah (2.503 kasus), Kalimantan Barat (1.699 kasus), Sulawesi selatan (1.377 kasus), Riau (775 kasus), dan Sumatera Barat (715 kasus).

Data dari Kementrian Kesehatan mencatat pada tahun 2012 saja ditemukan kasus HIV sebanyak 21.511 orang dan AIDS sebanyak 5.686 orang, coba bandingkan dengan data di tahun 2011, dimana terdapat kasus HIV sebanyak 21.031 orang dan penderita AIDS sebanyak 5.686 orang.

Berdasarkan data – data diatas rasanya tidak salah kalau kita peduli pada penderita HIV-AIDS demi mencegah terus berkembang nya virus yang mematikan ini, perlu juga kita ingat kembali bahwa penderita yang tertular HIV bukan berarti AIDS apabila segera ditangani dengan benar. Pengetahuan akan HIV-AIDS ini perlu ditingkatkan, khusus nya kepada para remaja dan anak sekolah, karena merekalah generasi penerus bangsa, yang bila minim pengetahuan akan bahaya HIV-AIDS ini maka bisa jadi akan menambah panjang daftar penderita HIV-AIDS.

Menurut data global dari UNAIDS, tiap hari 5.000 remaja usia 15-24 tahun terinfeksi HIV, apa jadinya kalau kita hanya diam saja. Data dari kementrian Kesehatan menunjukkan 71% penularan AIDS berasal dari perilaku seks bebas.

HIV/AIDS sendiri menular lewat 3 cairan :

*darah, lewat jarum suntik/tattoo/piercing yang tidak steril dan terkontaminasi HIV, atau lewat transfusi darah yang terinfeksi HIV
* Cairan kelamin
*ASI dari ibu yang HIV+ ke bayinya

HIV/AIDS tidak menular lewat keringat, air liur, atau udara. HIV/AIDS juga bukan penyakit keturunan. Ayo kita peduli dan cegah dimulai dari perilaku hidup yang lebih positif dan saling mengingatkan akan bahaya HIV/AIDS.