Minggu, 24 November 2013

Abu Dari Sinabung


Sabtu malam (23/11/13) Abu Vulkanik dari letusan Gunung Sinabung, mulai menyebar terbawa angin dari Kabupaten Karo sampai ke kota Medan ditempat ku berada.

Sebenarnya aku baru mulai menyadari adanya Abu dari sinabung ini minggu siang, sepulang dari bersepeda di minggu pagi.
Aktivitas yang satu ini memang rutin ku lakukan minimal 4 kali dalam seminggu selama satu sampai setengah jam setiap pagi nya, kecuali dihari Minggu jarak tempuh bersepeda ku bisa mencapai 40 - 60 kilometer, bahkan pernah mencapai jarak lebih kurang 85 kilometer, karena di hari minggu jalanan relativ lebih sepi dari hari - hari biasanya, otomatis volume debu dan asap dari kendaraan lebih sedikit.

Pukul 5:30 WIB sehabis sholat subuh aku mulai pemanasan beberapa menit sambil merenggangkan otot tubuh agar tidak kaku sebelum menggowes sepeda kesayangan.
Namun hari minggu kali ini cukup berbeda dari hari minggu yang biasanya, meskipun sabtu sore  jalanan di guyur hujan tetap saja minggu paginya kondisi dijalan berdebu dan seperti berkabut. Pukul 7:30 WIB cuaca pagi hari yang seharus nya hangat terasa sangat menyengat di kulit, aku mulai memilih jalan yang banyak pepohonan rindang dan lebih sepi dari lalu lintas kendaraan bermesin. Ternyata trik kali ini terasa kurang ampuh, beberapa kali aku berusaha menghirup dalam - dalam udara pagi dibawah pepohonan rindang, bukannya terasa segar justru tenggorokan terasa kering dan indera penciuman ku samar seperti merasa mencium bau plastik atau mungkin ban terbakar. Ku tepikan sepeda di sebuah pohon yang cukup rindang, "oh ya..." pohon ini bila tiba musim berbunga akan dipenuhi warna kuning dari bunganya, aku sendiri lupa nama pohon ini, ku pasang buff untuk menutupi hidung dan mulut plus kacamata sport untuk meredam sinar matahari yang mulai membuat silau pandangan dan mulai menggowes kembali.

Pukul 8:30 WIB aku mulai memilih jalur kearah jalan pulang, sepanjang perjalanan pulang terlihat beberapa atap kendaraan roda empat tampak berdebu, beberapa pengendara sepeda motor tampak menggunakan penutup hidung dan masker namun aku tidak begitu memperhatikan keganjilan tersebut.
Siang harinya seorang teman mampir ketempat ku, setelah ngobrol ngalor ngidul beberapa saat si teman mulai bercelotah kalau abu dari letusan sinabung sampai di kota medan sekitarnya, sambil menunjuk beberapa atap bangunan rumah dan pohon yang terlihat kelabu, "a...lamakjang, kemana aja aku selama ini.." batinku. Aku baru sadar beberapa hari ini belum membaca berita di internet, ditambah aku yang jarang nonton TV, bukan soal ga punya televisi, bagiku kebanyakan stasiun TV lokal sangat lebay termasuk program beritanya sendiri, dari pada jengkel lebih baik ga usah nonton sekalian.

 Tampak abu (bercak putih) dari gunung sinabung menempel pada daun


Semoga saja fenomena alam yang tidak bisa dihentikan manusia ini cepat berlalu dan warga tetap waspada.

5 komentar:

  1. bener banget
    jangan nonton tipi kalo pas ada bencana tak jauh dari rumah. kaya waktu merapi meletus dulu. ibue ncip bilang jogja aman amin, tetap saja aku ga tenang pikiran gara gara liat tayangan tipi oon
    sampe dibelain bolos dan pulang kampung. eh beneran nyampe rumah debu aja ga nyampe...

    BalasHapus
  2. Hahahaha.... nggak cuma aku ternyata yang nganggap berita Tipi pada lebay, emang sih mau bencana alam kek, mau kasus apaan kek, emang pada lebay beritanya kadang pada debat kusir nggak jelas...

    berarti selama sepedaan belum sadar klo itu abu dari sinabung dong brow?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyo om
      makanya tipi di rumah aku jadiin akuarium saja :D

      Hapus

Mengkritik tidak berarti menentang,setuju belum tentu mendukung,menegur tidak bermakna membenci,berbeda pendapat adalah kawan berpikir yang baik