Sabtu, 14 Desember 2013

Senioritas Arogan


   Dalam sebuah organisasi atau sebuah instansi maupun institusi yang di dalam nya terdiri dari beberapa individu seringkali terjadi gap antara senior dan junior.


     Seperti sudah menjadi hukum alam kalau perintah dan instruksi senior harus diikuti oleh junior nya. Terlepas apakah seorang senior punya kompetensi lebih baik atau tidak di banding dengan juniornya, secara logika wajar saja seorang seorang senior memberikan instruksi dan arahan kepada junior nya, sebab seorang junior, biasanya masih minim akan pengetahuan dan pengalaman nya tentang sebuah organisasi atau instansi yang sedang di geluti nya.

Dalam dunia pendidikan, aksi arogansi senior terhadap juniornya bukanlah hal yang baru, biasanya semakin tinggi tangga pendidikan nya semakin tinggi pula rasa senioritas nya.

Kabar terbaru yang sedang hangat, adanya korban akibat arogansi senior terhadap junior dalam dunia pendidikan baru-baru ini bukanlah hal yang baru di tanah air. Berdiri di atas konsep sebuah ospek, para senior seakan bebas melampiaskan ego nya sebagai senior, dengan menginstruksikan hal-hal yang kadang diluar batas kewajaran kepada para peserta ospek. Bila ada junior yang salah dalam mengaplikasikan intruksi yang diberikan senior, maka konsekuensi nya adalah sebuah hukuman yang terkadang terkesan melecehkan secara moral dan tak jarang hukuman secara fisik pun harus rela diterima para junior.

Sejatinya Ospek (orientasi studi dan pengenalan kampus), bertujuan untuk mengenalkan calon mahasiswa baru dengan lingkungan kampus nya, serta memupuk rasa solidaritas sesama mahasiswa. Pada kenyataannya tak jarang ospek menjadi ajang bagi para senior untuk menunjukkan eksistensi nya sebagai seorang yang lebih berkuasa dibanding junior nya. Ospek juga menjadi ajang unjuk kreatifitas senior dengan mendirikan panggung srimulat dadakan, sekaligus menjadi sutradara dadakan. Ospek sebenarnya bukan suatu hal yang salah, bila benar-benar di awasi oleh individu yang punya kompetensi dan kapabilitas tinggi bagi dunia pendidikan dalam institusi atau lembaga pendidikan itu sendiri, sehingga terciptanya akseptabiltas antara ospek dan dunia pendidikan.

Sekolah, kampus dan lembaga pendidikan lainnya di dirikan bertujuan untuk menciptakan kaum intelektual, agar warga yang mengikuti pendidikan di dalam nya, memiliki wawasan, ilmu pengetahuan, dan keahlian, yang diharapkan dimasa depan bisa dikembangkan, dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Agar menjadi makhluk sosial yang beradab dan berguna bagi masyarakat sekitarnya, bagi bangsa dan negara.

Entah ada hubungannya dengan ospek ala srimulatan atau tidak, tak jarang kita melihat tingkah konyol dan arogan bapak-bapak, dan oom-oom yang berkuasa di instansi pemerintahan, maupun penghuni gedung kura-kura yang kata nya mewakili kepentingan kita selaku rakyat, tidak diragukan lagi mereka-mereka itu adalah merupakan produk dari institusi pendidikan. Entahlah.

10 komentar:

  1. Semua berawal dari pingin dihargai orang lain atas kedudukannya yang gampang sekali memunculkan rasa sombong. Makanya ketika ada kesempatan yang tidak dilandasai hati yang baik, maka begitu gampangnya melakukan perkara-perkara pelampiasan hawa nafsu,

    BalasHapus
  2. kenapa ospek di jaman kini hanya menjadi ajang unjuk kekerasan ya?

    BalasHapus
  3. budaya aksi senioritas dalam bentuk kekerasan kayaknya susah untuk hilang, sebab suatu saat junior yg tersiksa oleh senior juga akan menjadi senior, kemudian akan melakukan kekerasan kepada junior berikutnya, bisa dibilang aksi balas dendam atau ingin merasakan bagaimana rasanya menyiksa junior. setelah itu junior yang disiksa tadi, juga akan menjadi senior yang seperti itu dan begitu seterusnya. bisa dibilang ini seperti penyakit keturunan yg susah sembuh. Ah ribet ahh. . .hahaha :D

    BalasHapus
  4. seperti sebuah mata rantai... mereka dulu di plonco, mk ketika mereka di atas jd balas mem-plonco. pihak kampus mungkin bisa turut andil sbg pengawas, agar kejadian serupa tak terulang lagi. butuh kebesaran hati untuk mendidik adik2 mereka.

    soal bapak2 yg di sana itu, au ah geyap!

    BalasHapus
  5. ospek adalah salah satu bentuk kearoganan senior

    BalasHapus
  6. Gausah jauh-jauh..

    di kampus aku juga msh ada senioritas.
    walaupun "katanya" udah gak diperbolehkan lagi senioritas di kampus..

    walhasil ada 2 tipe maba deh tuh.
    tipe penakut tunduk dan tipe pembangkang penentang
    wkwkwk

    BalasHapus
  7. kalo senioritas memperlakukan juniornya mengatasnamakan balas dendam, itu tdk di benarkan juga. banyak mindset keliru seperti itu msh sering di pake, padahal seiring dgn kemajuan jaman harusnya bsa di imbangi dgn tingkat intelektualitas yg tinggi pula. seperti sudah menjadi semacam budaya keliru... mudah2an bsa di bedah akar dari ksus2 tsb yg selama msh saja ada...

    BalasHapus
  8. good share,,pelajaran nih buat para senior yang gak tau diri dan mau nya selalu dihormati junior

    BalasHapus
  9. senior rata" edan dan mau nya selalu diatas sementara para junior mereka selalu ditindas dan ditikam.salam blogger

    BalasHapus

Mengkritik tidak berarti menentang,setuju belum tentu mendukung,menegur tidak bermakna membenci,berbeda pendapat adalah kawan berpikir yang baik