Rabu, 16 Juni 2010

Konfrontasi atau mati !

*********************************************************************

Ghozwul Fikri atau perang pemikiran sudah mafhum diketahui oleh para aktifis Islam. Semenjak kekalahan tentara kufar di perang salib, mereka putar haluan. Mereka sadar bahwa selama masih ada risalah Jihad dan Syahid, maka umat Islam akan tetap eksis di muka bumi. Beralihlah strategi perang! Perang yang biasa kita kenal dengan perang dingin atau perang urat saraf ini benar-benar memiliki bahaya laten. Dimana sang korban tidak mengetahui bahwa dirinya sedang diperangi. Hasilnya??? Memang tidak ada darah yang bercucuran secara langsung, tidak pula harta kekayaan yang tergadai atau dirampas. Tapi mungkin, sang korban akan mengalirkan darahnya sendiri dan menyerahkan hartanya untuk sang pemenang secara ‘sadar’.

Dalam peperangan niscaya akan jatuh korban. Tapi bagaimana jika korban tak mengetahui bahwa dia berada dalam posisi perang?! Inilah yang kami maksud dengan kejahatan/bahaya laten perang pemikiran (atau lebih tepatnya “invasi pemikiran”).

Membodohi lawan. Menipu dan membuainya dalam ‘kemapanan’. Jika dalam pertarungan fisik genderang perang ditabuh keras, komando untuk menyerang dikumandangkan lantang hingga masing-masing pihak sadar dengan kekuatannya (posisinya). Masing-masing saling mengancam, meneror dan membuat ketakutan pada lawannya. Maka ghozwul fikri tidaklah demikian! Dalam perang ini justru, sang penggagas perang, menyerang lebih ‘kejam’ lagi. Tidak ada genderang perang, yang ada adalah tarian kesenangan, orasi pembangunan, dan teriakan-teriakan kemerdekaan/kebebasan. Musuh di perdaya sedemikian rupa hingga tidak mengetahui manuver-manuvernya. Dan keberhasilan dari setiap serangan di ukur dari sejauh mana musuh merasa dirinya aman, damai dan tidak mengetahui peperangan ini.

Kini lihatlah! Berapa banyak mujahid yang terlena, terpesona dan terdusta oleh amunisi baru tersebut. Berapa banyak pemuda melepas peluncur pundaknya. Berapa banyak kelompok militan yang melakukan gencatan senjata. Hitunglah berapa banyak! Semua seolah terperangah. Perang yang tengah berkecamuk ini benar-benar menakjubkan. Tidak ada lagi darah dan air mata kisah-kisah syahadah. Tidak ada lagi patriotisme yang romantik ditengah lelah dan letih. Tidak tercium lagi bau mesiu yang semerbak. Tidak terdengar lagi desing peluru yang melodic.

Fahmul Marokah
Para pemuda berbadan tegap kini bersiaga untuk menyandang pena. Ia bergegas menuju meja kerja. Tidak lupa ia selalu minta restu kepada bunda, “Do`akan Nanda pergi berjihad!”. Innalillahi. Berapa banyak yang syahid tanpa darah jika begini, Saudaraku!

Ruang-ruang kelas kini diandaikan sebagai medan pertempuran. Tapi permisalan ini tidak dianggap sama sekali oleh sebagian pihak. Mungkin mereka non-combatant. Tapi mengapa mereka harus hadir ditengah hilir-mudik amunisi?

Kemarin dulu, kita menang dimedan laga. Kita bisa menghitung jumlah syuhada. Kita bisa meraup ghonimah dengan bangga. Dihadapan barisan musuh, kita bisa membusung dada. Karena apa? JIHAD! Doktrin inilah yang selalu memompa darah pemuda kita, untuk kemudian berubah menjadi ‘gas air mata’ bagi siapa pun yang memperlakukan kita dengan hina.

Hari ini kita dipecundangi di medan tempur yang baru. Di ruang-ruang seminar, di gedung lobi, di simposium, kongres dan sidang-sidang pertemuan. Lantas setelah kalah kita berkesimpulan perang hanya dengan senjata dan martyr. Sementara tunas-tunas baru generasi yang hendak belajar, malah pergi ke ruang pembantaian ideologi. Mereka lupa bahwa ini semua monolog pendiktean, bukan dialog peradaban.

Menguatkan Ingatan
Astagfirulloh! Sesungguhnya bumi ini senantiasa subur dengan darah dan airmata. Jika bukan milik para pejuang, ia akan mengalir dari kaum tertindas. Tidak jauh berbeda memang, tapi kemuliaan dapat dimengerti oleh orang-orang yang berakal.

Seperti inikah kita dididik dan diajarkan tentang kehidupan?! Atau mungkin kasih-sayang mereka begitu besar hingga tak rela melepas kami dari gendongan. Dimana tangis kami ayah-bunda..? Sebentar lagi kalian para orangtua, akan melihat kami “layu sebelum berkembang”. Sementara kalian membusuk disudut pasar globalisasi. Di kota, di desa-dunia (global village) tempat kalian lahir dan melahirkan kami. Lihatlah pistol-pistol sudah terkokang dijidat tetangga kita. Tengoklah ke layar ruang kontrol nuklir mereka, kearah mana titik ordinat menuju?!.

Hari ini kita mengalami dua kekalahan. Kalah karena tak tahu. Dan kalah karena sok tahu. Tidak tahu termanisfestasikan pada ketidaktahuan medan, senjata musuh dan kawan. Sok tahu dalam segala rumusan yang merupakan kebodohan. Sok tahu karena menganggap perang hanya satu. Sok tahu karena berpendapat perang telah usai, atau belum dimulai sama sekali.

Kita dilupakan oleh kenyataan dihadapan. Sementara ingatan kita hanya pada kejayaan masa silam. Kita lupa bahwa dulu mereka lemah. Kita lupa bahwa sekarang rezim ini milik mereka. Lantas kita masih saja berharap pada islah politik dan taghyir budaya. Sementara mereka melakukan yang sebaliknya.

Akhirnya, pertanyaan untuk Anda: Siapa rezim yang bertahta? Lalu bagaimana merebut tahta dari rezim yang bersenjata? Tidak dapat mengelak lagi, doktrin Armagedon, Perang Dunia Ketiga –atau apapun sebutannya—harus benar-benar disambut dengan persiapan yang kaafah! Di lapangan, sekolah, dan ruang-ruangan perkuliahan...

Walahu’alam bi showab
Hari ini kita dipecundangi di medan tempur yang baru. Di ruang-ruang seminar, di gedung lobi, di simposium, kongres dan sidang-sidang pertemuan. Lantas setelah kalah kita berkesimpulan perang hanya dengan senjata dan martyr. Sementara tunas-tunas baru generasi yang hendak belajar, malah pergi ke ruang pembantaian ideologi. Mereka lupa bahwa ini semua monolog pendiktean, bukan dialog peradaban.

11 komentar:

  1. Allahuakbar!

    semoga Allah senantiasa mencerahkan hati kita dari kegelapan tipu daya orang2 kafir dan sekutunya yang memerangi islam.. Amin..

    BalasHapus
  2. saya yang orang kampung ini pernah mbaca terjemahan Kitab Suci yang seingat saya intinya begini : tak pernah ridho kaum .... dan kaum... sehingga kamu mengikuti ajaran mereka. maksudnya nih.. orang yang gak ridho itu, tidurpun dia enggak, otaknya selalu berputar untuk memikirkan gimana caranya ngelicikkin kita, ngebuat kita kalah, sehingga kita mau dengan sangat terpaksa memihak mereka..
    Na'udjubillahi min djalik..
    "hidup mulia atau mati syahid" benar kan sobat ?

    BalasHapus
  3. kali bagi saya seeh "lebih baik mati berbengkal tanah dari pada hidup dijajah" bener ngga?

    BalasHapus
  4. Yahudi dan Nasrani memang tdk akan pernah ridho dg yg namanya islam. Mrk akan slalu mencari cara dan upaya untuk dapat merobohkan islam. Yah dg cara apapun sampai dg akhir jaman nanti. Nah, sdhkah kt sadar upaya2 apa saja yg mrk perbuat? Ada yg extrim spt yg kita saksikan di belahan bumi saudara2 kita di palestina di bantai habis2an dan berjalan dlm wktu yg cukup lama.

    Dan ada jg cara2 yg soft dg meracuni generasi islam dg berbagai macam upaya yg melenakan keimanan.

    Bangkit dan BANGKITLAH GENERASI MUDA ISLAM..........LAWAN SEGALA BENTUK KAPITALIS DAN IMPERIALISME YAHUDI DAN NASRANI...

    BalasHapus
  5. Wah postingannya makin yahud aja sob...sekedar buat tambahan referensi, silakan mampir ke blognya Kaka, ada ebook : PAHLAWAN-PAHLAWAN YANG GUGUR DI ZAMAN NABI, lgs diupload 2 jilid. Mdh2an bs diambil ibrohnya..AMIEN..Salam kenal untuk semua...

    BalasHapus
  6. Wah bener tuh Sob...nyambung sama postinganku yg http://dj-site.blogspot.com/2010/06/lagi-lagi-aku-facebook-menghina-islam.html tadi pagi....lebih banyak Islam diserang bukan secara fisik tapi dari Psikologi untuk dipecah dengan mudah................

    Mesti lebih waspada Nie...

    BalasHapus
  7. kita harus lbh kuatkan iman, jgn cpt ter-adu dombakan, klo memang merasa dijajah, jgn kita diam saja :)

    BalasHapus
  8. hajar...!!!

    selagi masih ada kekuakan, maju!
    assalamualaikum wr wb

    BalasHapus
  9. jihad bersama ummat
    kapan kita berangkat ke palestina?

    BalasHapus
  10. Israel memang makin brutal... nurani mereka sudah hilang rupanya

    BalasHapus
  11. Dengan mengenal diri sendiri, seseorang akan sadar dan mengerti tentang kemampuan, karakter, potensi dan kekurangan yang dimiliki di bumi mana ia bertempat serta berdiam diri. Dengan pencapaian kesadaran itu pula, setiap individu yakin akan adanya kekuatan, kekuasaan Maha Besar yang berada jauh dibandingkan dengan dirinya.

    Cerahkan hati dengan pancaran sinar Illahi
    Tebarkan kedamaian dengan cinta kasih dan kelembutan.
    Tetaplah berkarya mengisi kreatifistas dengan pancaran cahaya Illahi
    Karyamu tetap dinanti.......

    BalasHapus

Mengkritik tidak berarti menentang,setuju belum tentu mendukung,menegur tidak bermakna membenci,berbeda pendapat adalah kawan berpikir yang baik